BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Indonesia sebagai salah satu negara sedang
berkembang dituntut untuk senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakatnya melalui pembinaan pilar ekonomi yang dianggap mampu menopang dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Selain Koperasi,
Swasta, maka salah satu pilar ekonomi yang dianggap mampu untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Akan
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa setelah bangsa ini terkena imbas dari
krisis global pada akhir tahun 2008 menyebabkan perekonomian dunia mengalami
keterpurukan di sektor keuangan. Berbagai bidang usaha yang dengan susah payah
dibangun oleh pemerintah kepada perusahaan yang satu persatu mengalami
kebangkrutan dan bahkan tidak cukup hanya sampai disitu para karyawan pun menuai
dampak lebih parah dengan PHK secara besar-besaran. Dalam kondisi yang semakin
terpuruk tersebut, pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan
pembenahan, meski belum menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, akan
tetapi Badan Usaha Milik Negara merupakan salah satu pelaku ekonomi yang
diangap mampu dan dapat diandalkan untuk menjadi lokomitif ekonomi Indonesia
dalam kompetisi ekonomi Nasional maupun Internasional. Dalam upaya perbaikan
ekonomi pasca krisis tersebut, pemerintah pun melakukan kegiatan
restrukturisasi yang dilakukan dengan memasukkan - swasta beserta seluruh
jaminan kreditnya menjadi milik pemerintah, sehingga dengan demikian 80% aset
produktif bangsa Indonesia berada dalam manajemen BUMN.
Penilaian kinerja keuangan swasta umumnya
menggunakan anaslisis likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Hasil
penilaian kinerja keuangan swasta tidak diatur secara baku dengan peraturan
pemerintah, sedangkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai kesehatannya
dengan menggunakan peraturan yang sudah dibakukan. Penilaian meliputi aspek
keuangan, operasional dan administrasi yang diberikan suatu bobot tertentu,
meliputi yang bergerak dibidang infrastruktur dan non infrastruktur. Penilaian
Tingkat Kesehatan BUMN berlaku bagi selur BUMN non jasa keuangan maupun BUMN
jasa keuangan kecuali Persero Terbuka dan BUMN yang dibentuk dengan
Undang-Undang tersendiri. (Arifin, 2003: 91)
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaku
ekonomi terbesar di Indonesia diharapkan untuk mampu terus tumbuh dan
berkembang agar mampu melakukan kompetisi di era yang semakin terbuka. Dengan
aset yang begitu besar dan bergerak pada dua jenis BUMN yakni BUMN Infra
struktur dan Non Infrastruktur hampir semua bidang ekonomi seperti : Industri
dan perdagangan, Kawasan Industri dan Jasa Konstruksi, dan Konsultasi,
Perhubungan telekomunikasi dan Pariwisata, pertanian dan perkebunan, pelayanan
umum, dan lain-lain. Sehingga dengan demikian kinerja BUMN dianggap sangat
berpengaruh terhadap kinerja perekonomian Indonesia pada umumnya.
PT. Kimia Farma (Persero). Tbk. Merupakan sebuah
perusahaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir,
yaitu : industri, marketing, distribusi, ritel, laboratorium klinik dan klinik
kesehatan. Sebagai perusahaan publik sekaligus BUMN, Kimia Farma berkomitment
penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu
kebutuhan sekaligus kewajiban sebagaimana diamanatkan Undang-undang No. 19/2003
tentang BUMN.
Dengan dukungan kuat Riset dan Pengembangan, segmen
usaha yang dikelola oleh perusahaan
induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan
produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang
tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen
industri, dimana kelimanya telah mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) dan sertifikat ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 14001 dari institusi luar
negeri. (Llyod's, SGS, TUV).
Hasil produksi yang di buat oleh Pabrik Farmasi
perusahaan baik produk obat-obat kimia, Formulasi dan herbal, dibagi dalam 6
(enam) lini produksi yaitu etikal, obat bebas, generik, narkotika, lisensi dan
bahan baku. Hampir semua kelas terapi diakomodasi oleh produk perusahaan yang
terdiri lebih dari 260 item produk dan dipasarkan keseluruh Indonesia serta di
ekspor ke beberapa negara melalui jaringan distribusi perseroan atau yang
memiliki perjanjian dengan perseroan. Sebagai bagian dari tanggung jawab
sosialnya Kimia Farma berkomitmen untuk memastikan pasokan obat generik yang
tetap ke pasar dalam negeri sesuai dengan misi perusahaan. (Sumber : www.kimiafarma.co.id)
Keadaan keuangan PT. Kimia Farma. Tbk adalah sebagai
berikut yang tertera di bawah ini :
Tabel 1
|
|||
Ringkasan Laporan Keuangan
PT. Kimia Farma. Tbk
|
|||
Tahun 2006-2007
|
|||
KETERANGAN
|
2006
|
2007
|
%
|
Aktiva
|
1,261,224,634,982
|
1,386,739,149,721
|
9.95
|
Hutang
|
390,570,748,341
|
478,711,551,186
|
22.57
|
Ekuitas
|
870,653,886,641
|
908,027,598,535
|
4.29
|
Laba/Rugi Sebelum PPh Badan
|
67,628,693,155
|
82,469,927,042
|
21.95
|
Sumber
: Laporan Keuangan PT. Kimia Farma (Persero). Tbk (diolah, 2008)
Tabel 2
|
|||
Ringkasan Laporan Keuangan
PT. Kimia Farma. Tbk
|
|||
Tahun 2007-2008
|
|||
KETERANGAN
|
2007
|
2008
|
%
|
Aktiva
|
1,386,739,149,721
|
1,445,669,799,639
|
4.25
|
Hutang
|
478,711,551,186
|
497,905,256,839
|
4.01
|
Ekuitas
|
908,027,598,535
|
947,764,542,800
|
4.38
|
Laba/Rugi Sebelum PPh Badan
|
82,469,927,042
|
96,105,856,142
|
16.53
|
Sumber
: Laporan Keuangan PT. Kimia Farma (Persero). Tbk (diolah, 2009)
PT. Kimia Farma (Persero). Tbk pada tahun 2007
,mengalami kenaikan aktiva sebesar 9,95%, kenaikan hutang sebesar 22,57%,
ekuitas naik 4,29%. Laba sebelum PPh Badan naik sebesar 21,95% dibandingkan
tahun 2006. Tahun 2006 PT. Kimia Farma memperoleh laba sebesar Rp. 67.628.693.155 dan tahun 2007 memperoleh laba
sebesar Rp. 82.469.927.042.
PT. Kimia Farma (Persero). Tbk pada tahun 2008
,mengalami kenaikan aktiva sebesar ,25%, kenaikan hutang sebesar 4,01%, ekuitas
naik 4,38%. Laba sebelum PPh Badan mengalami kenaikan sebesar 16,53% dibandingkan
tahun 2007.
Sebagai BUMN yang mempunyai tujuan mengembangkan
industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk
yang inovatif dan mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (health care
provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek. Dan juga meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan.
Selain itu perusahaan juga mempunyai tujuan untuk memperoleh laba. PT. Kimia
Farma (Persero). Tbk harus menempuh langkah langkah yang diperlukan sehingga
perusahaan dapat memaksimalkan laba.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertaik untuk
melakukan penelitian mengenai kondisi keuangan PT. Kimia Farma (Persero). Tbk
dan bagaiman kinerja keuangan tahun kedepan. Karena Menteri Badan Usaha Milik
Nomor. KEP-100MBU/2002 mulai berlaku sejak tahun 2002.
1.2.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalh maka rumusan masalah dalam peneltian ini adalah :
Bagaimana
kinerja keuangan pada PT. Kimia Farma (Persero). Tbk berdasarkan Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah:
Untuk
mengetahui kinerja keuangan pada PT. Kimia Farma (Persero). Tbk berdasarkan
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002.
1.4.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
penelitian adalah
1.
Bagi perusahaan, (PT. Kimia
Farma (Persero). Tbk ), diharapkan dapat member masukan kepada perusahaan
tentang kinerja keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor: KEP-100/MBU/2002.
2.
Bagi Akademis,
diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaiman cara
menilai tingkat kesehatan BUMN dengan menggunakan Keputusan Menteri Badan Usaha
Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 dan sebagai bahan referensi untuk
penelitian yang berikutnya dimasa yang akan datang.
3.
Bagi pemrintah atau
pihak lain yang berwenang diharapkan dapat memberi masukan untuk pengambilan
keputusan dan membuat kebijan yang akan diambil mengenai PT. Kimia Farma (Persero).Tbk
sehingga kinerja perusahaan dapat semakin meningkat yang dampaknya akan
dirasakan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2002: 2) menyatakan
bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut. Sedangkan Dwi Prastowo D. dan Rifka Julianty (2002: 3) menyatakan
bahwa laporan keuangan merupakan obyek
dari analsis terhadap laporan keuangan. Oleh karna itu memahami latar belakang
penyusunan dan penyajian laporan
keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisis laporan
keuangan itu sendiri.
Menurut Eugne F, Brigham dan Joel F.
Houston (2001: 78), laporan keuangan melaporkan posisi perusahaan pada suatu
waktu tertentu dan operasinya selama beberapa
periode yang lalu. Akan tetapi riil dari laporan keuangan adalah fakta
bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan
dividen masa depan.
Pemakai laporan keuangan meliputi
berbagai macam pihak seperti investor dan calon investor, kreditor, pemasok,
kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, karyawan, masyarakat, dan para
pemengang saham. M,anajemen juga berkepentingan terhadap informasi yang
disajikan pada laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. (Prastowo, Juliaty, 2002 : 5)
Ada tiga laporan keuangan dasar yang
bias digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan
yaitu neraca, laporan laba rugi da laporan arus kas. Neraca memberikan gambaran
mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas para pemilik perusahaan untuk periode
trertentu. Laporan laba rugi menggambarkan
pendapatan bersigh dari kegiatan
operasi perusahaan selam periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan
informasi dari neraca dan laporan laba rugi utnuk menggambarkan sumber
penggunaan kas selama periose tertentu dalam sejarah hidup perusahaan (Keown,
2001 : 107)
Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan
dan laporan lain serta m,ateri penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan, termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan keuangan. Dua jenis laporan keuangan yang dibuat umumnya oleh
setiap perusahaan adalah neraca dan
laporan laba rugi (biasanya deilengkapi dengan laporan perubahan modal). Neraca
adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan
(aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Laporan laba
rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan
(potensi) perusahaan dalam menghasilakn laba (kinerja) selama periode tertentu.
Meskipun neraca dan laporan laba rugi merupakan dua dokumen yang terpisah, akan
tetapi keduanya mempunyai hubungan yan erat dan saling terkait, serta merupakan
suatu siklus. Antara laporan neraca dan laporan laba rugi sering dihubungkan
dengan suatu laporan yang disebut laporan perubahan modal (laba Ditahan) yang
memberikan mengenai perubahan modal (laba ditahan)n selanm periode tertentu.
(Prasotowo, Julianty, 2002 : 16)
2.1.2. Analsis Laporan Keuangan
Sofyan Syafri Harahap (1998: 189)
berpendapat bahwa analisis laporan keuangan dijelaskan melalui arti
masing-masing kata. Analisis yaitu menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit
yang lebih kecil. Sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laporan laba, arus
kas, dan dana. Dengan menggabungkan dua pengertian ini, maka analis laporan
keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan mejadi unit informas yang lebih kecil dan
melihat hubungannya bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan
yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Menurut S. Munawir (2002: 36) ada
dua metode analisis yang dapat digunakan yaitu :
a.
Anaslis horizontal,
yaitu analsis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberpa
peride sehinggga dapat diketahui perkembangannya.
b.
Analisis vertical,
dilakukan apabila laporan keuangan yang dianalsis hanya meliputi satu periode,
yaitu dengan cara membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya
dalam laporan keuangan tersebut sehuingga hanya akan diketahui keadaan keuangan
atau hasil operasi pada periode itu saja.
Metode
analsis horizontal adalah metode analsis yang dilakukan dengan cara
membadingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode) sehingga dapat
diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut analisis horizontal
karena nalais ini membandingkan pos yang
sama untuk periode berbeda. Teknik analsis yang termasuk pada metode ini antara
lain analsis perbandingan, analiss trend (index), analisis sumber dan penggunaan
dana, analisis perubahan laba kotor. (Prastowo, Julianty, 2002 : 54)
Metode
anasisli vertical adalah metode analiss yang dilakukan denga cara menganaslisi
laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan
antara pos yang satu dengan pos yang
lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama.
Teknuik nalsis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain analsis
prosentase per komponen (Common Size), analisis rasio dan analisis impas.
(Prastowo, Julianty, 2002 : 55)
Analisis
keuangan akan membantu dalam menilai prestasi manajemen dimasa lalu dan
prosepeknya dimasa depan. Dengan menganalsis prestasi keuangan, seorang analis
keuangan akan dapat menilai apakah manajer keuangan dapat merencanakan dan
mengimplementasikan ke dalam setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan
memaksimjumkan kemakmuran pemegang saham. Disamping itu, analisis semacam ini
juga dapat dipergunakan oleh pihak lain seperti bank, untuk menilai cukup
beralasan (layak) untuk memberikan tambahan dana atau kredit. Sedangkan bagi
calon investor untuk memproyeksikan prospek perusahaan di masa depan. (Sartono,
2001 : 114)
Dari
sudut pandang investor, analsis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi
masa depan. Sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan
digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan sebagai titik awal
utnuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa dimasa depan.
(Brigham, Houston, 2001 : 114)
2.2. Penelititan Terdahulu
1.
Aay Muhaimin (2006):
Analisa tingkat Kesehatan dari Aspek Keuangan Pada PT DOK dan Perkapalan Kodja
Bahari (persero) Cabang Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukan tingkat
kesehatan pada aspek keuangan PT DOK dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero)
Cabang Banjarmasin dati tahun 2002-2004. Pada tahun 2002 skor diperoleh 32,5
digolongkan menjadi kurang sehat (BB). Pada tahun 2003 mengalami kenaikan skor
menjadi 42,5 digolongkan menjadi kurang sehat (BBB). Tahun 2004 mengalami
penurunan menjadi 28,5 digolongkan menjadi kurang sehat (BB). Persamaan dengan
penelitian yang dilakukan adalah analisis dilakukan berdasarkan Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 pada aspek keuangan.
Perbedaannya adalah objek penelitian dan tahun penelitian.
2.
Heny Rosana (2005):
Analisis Kinerja Keuangan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III Cabang
Banjarmasin. Penelitian dilakukan selama lima tahun dari tahun 2002004. Hasil
penelitian menunjukan pada tahun 2001 mengalami peningkatan dari kurang sehat
atau predikat BBB (dengan skor 54) pada tahun 2000 menjadi sehat atau predikat
A (dengan skor 76), yang disebabkan adanya peningkatan pada ROE, ROI, dan TATO.
Pada tahun 2002 kinerja keuangan tidak mengalami perubahan dibandingkan 2001
yaitu sehat atau predikat A (dengan skor 74). Pada tahun 2003 kinerja keuangan
mengalami penurunan menjadi sehat atau predikat BBB (dengan skor 55), yang
disebabkan adanya penurunan ROE. Sedangkan tahun 2004 kinerja keuangan kembali
mengalami peningkatan menjadi sehat atau predikat AA (dengan skor 43,5), yang
disebakan adanya peningkatan pada ROE, ROI, Collection Period, dan TATO. Persamaan
dengan penelitian yang dilakukan adalah analisis dilakukan berdasarkan
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 pada aspek
keuangan. Perbedaannya adalah objek penelitian dan tahun penelitian serta
penelititan ini menganalisis kinerja keuangan untuk trend kedepan.
2.3.
Kerangka
Pikir
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan
keuangan PT. Kimia Farma (Persero). Tbk. Untuk mendapatkan data keuangan tahun
2006, 2007, 2008 (laba/rugi) dengan menggunakan metode trend. Kemudian dihitung
kinerja keuangan dari tahun 2006-2008 dengan menggunakan delapan indicator
sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:
KEP-100/MBU/2002. Hasil dari perhitungan akan menunjukan tingkat kesehatan
dinilai dari aspek keuangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek dari penelitian adalah PT. Kimia Farma
(Persero). Tbk yang beralamat Jl.
Veteran No. 9 Jakarta. Periode penelitian dari tahun 2006-2008 dan penelitian
ini adalah penelitian deskriptif.
3.1.1 Sejarah Perusahaan
Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi
Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV
Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia
Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks
perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah
perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal
16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT
Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai
perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih
dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah
berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia
yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa
dan masyarakat.
Dengan dukungan kuat Riset & Pengembangan,
segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan
obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak
nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia
merupakan tulang punggung dari segmen industri.
Unit Distribusi yang direpresentasikan oleh PT.
Kimia Farma Trading & Distribution sangat berperan penting dalam upaya
peningkatan penjualan produk-produk Kimia Farma.
PT. Kimia Farma Apotek, adalah anak perusahaan yang
dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola Apotek-apotek milik perusahaan yang
ada, dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan
konsolidasi PT. Kimia Farma Tbk.
Menangkap peluang dari meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya arti Kesehatan, pembentukan unit usaha baru ini
terutama ditujukan untuk memberikan layanan pemeriksaan Laboratorium Klinik dan
Pemeriksaan Mikrobiologi Industri.
Layanan yang diberikan, yaitu :
·
Pemeriksaan Atas
Permintaan Sendiri (APS)
·
Pemeriksaan Atas
Permintaan Dokter(APD)
·
Medical Check Up
·
Pemeriksaan
Mikrobiologi Industri
·
Pemeriksaan Rujukan
PT. Kimia Farma juga telah melakukan ekspansi
bisnisnya tidak hanya di tingkat nasional tapi juga mulai memasuki tingkat
perdagangan internasional. Produk-produk Kimia Farma yang mencakup produk obat
jadi dan sediaan farmasi serta bahan baku obat seperti Iodine dan Quinine telah
memasuki pasar dinegara : Erope, India, Jepang, Taiwan and New Zealand. Produk
Jadi dan Kosmetik telah dipasarkan ke Yemen, Korea Selatan, Singapura,
Malaysia, Vietnam, Sudan, and Papua New Guinea. Demikian juga untuk
produk-produk herbal yang berasal dari bahan alami juga telah dipersiapkan
proses registrasinya untuk memasuki pasar baru seperti : Filipina, Myanmar,
Pakistan, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain and Bangladesh. Produk Herbal
merupakan target utama korporasi untuk periode mendatang mengingat banyaknya
peminat dan pembeli potensial yang telah menunjukkan minat untuk melakukan
hubungan bisnis dengan perusahaan.
Isu tentang akan mergernya Kimia Farma dengan BUMN
Farmasi lainnya sudah dimulai dari tahun 2001. Namun sampai saat ini merger
tersebut belum terealisasi. Saat ini sedang dirancang merger antara Kimia Farma
dan Indofarma yang diharapkan selesai plaing lambat Quarter I tahun 2010.
3.2. Jenis Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a.
Data kuantitatif, yaitu
data yang berupa angka-angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu,
yaitu laporan keuangan perusahaan (neraca dan laporan laba rugi).
b.
Data kualitatif, yaitu
data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka, seperti sejarah singkat
perusahaan dan bidang usaha perusahaan.
Adapun sumber data dalam penelititan ini adalah data
sekunder, yaitu data yang diperoleh tidak langsung atau melalui perantara
(dicatat dan diolah oleh pihak lain)
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis
dalam melakukan penelitian ini adalah Penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan
dasar-dasar teori dan penelitian terdahulu, serta segala informasi yang
berkaitan dengan peneltian yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas,
seperti informasi didapat di internet maupun lainnya.
3.4. Definisi Operasional variabel
Variabel yang digunakan adalah:
1.
Return on Equity (ROE)
atau umbalan kepada pemegang saham merupakan imbalan atau bagian yang diberikan
oleh perusahaan kepada para pemegangn sahamnya. ROE merupakan perbandingan
antara laba setelah pajak dibagi dengan modal sendiri.
2.
Return on Investment
(ROI) atau imbalan investasi ROI merupakan hasil pendapatan sebelum bungan dan
pajak ditambah penyusutan dibagi capital employed dikali seratus persen untuk
tahun 2006-2008.
3.
Cash Ratio atau rasio
kas adalah hasil dari kas ditambah bank ditambah surat berharga jangka pendek
dibagi dengan kewajiban lancer dikali seratus persen untuk tahun 2006-2008.
4.
Current Ratio atau
rasio lancer adalah kas lancer dibagi dengan kewajiban lancer dikali seratus
persen untuk tahun 2006-2008.
5.
Collection Periods (CP)
atau perputaran piutang merupakan total piutang usaha dibagi total pendapatan
usaha dikali 365 hari untuk tahun 2006-2008.
6.
Inventory Turnover atau
perputaran persediaan adalah total persediaan dibagi total pendapatan usaha
dikali 365 hari untuk tahun 2006-2008.
7.
Total Asset Turnover
(TATO) atau perputaran total asset adalah total pendapatan dibagi dengan
capital employed dikali seratus persen untuk tahun 2006-2008.
8.
Rasio Total Modal
sendiri terhadap total asset merupakan total modal sendiri dibagi total aset
dikali seratus persen utnuk tahun 2006-2008.
3.5. Teknik Analisis Data
1.
Imbalan kepada pemengan
saham atau Return on Equity (ROE)
ROE =
|
Laba Setelah Pajak
|
X 100%
|
Modal Sendiri
|
2.
Imbalan Investasi atau
Return on Invesment (ROI) dihitung dengan rumus
ROI =
|
EBIT + Penyusutan
|
X 100%
|
Capital Employed
|
3.
Rasio kas atau cash
ratio dihitung dengan rumus
Cash Ratio =
|
Kas + Bank + Surat
berharga jangka pendek
|
X 100%
|
Kewajiban Lancar
|
4.
Current Ratio atau
rasio lancer dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Current Ratio =
|
Aktiva Lancar
|
X 100%
|
Kewajiban Lancar
|
5.
Collection Periods (CP)
dihitung dengan rumus berikut:
Collection Periods =
|
Total Piutang Usaha
|
X 365 hari
|
Total Pendapatan Usaha
|
6.
Perputaran Persediaan
(PP) atau inventory Turnover dengaqn rumus sebagai berikut :
PP =
|
Total Persediaan
|
X 365 hari
|
Total Pendapatan Usaha
|
7.
Perputaran Total Aset
atau Total Aset Turnover (TATO) dihitung dengan rumus berikut :
TATO =
|
Total Peendapatan
|
X 100%
|
Capital Employed
|
8.
Rasio total modal
sendiri terhadap total asset. TMS (total modal sendiri) terhadap TA (total
aser) dihitung dengan rumus sebagai berikut ini :
TMS terhadap TA =
|
Total Modal Sendiri
|
X 100%
|
Total Asset
|
Tingkat
kesehatan BUMN sesuai Pasal 3 keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:
KEP-100/MBU/2002: tingkat kesehatan BUMN digolongkan menjadi:
a.
Sehat, yang terdiri
dari:
AAA apabila skor (TS) lebih besar 95
AA apabila 80 < TS < = 95
A apabila 65 < TS < = 80
b.
Kurang sehat, yang
terdiri dari :
BBB apabila 50 < TS < = 65
BB apabila 40 < TS < = 50
B apabila 30 < TS < = 40
c.
Tidak sehat, yang
terdiri dari :
CCC apabila 20 < TS < = 30
CC apabila 10 < TS < = 20
C apabila TS < 10
DAFTAR PUSTAKA
·
Eugene F. Brigham dan
Joel F.Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku ke-1. Jakarta: Eralangga
·
John J. Wild, K. R
Subramanyam dam Robert F. Halsey. 2005. Financial Statement Analysis
Buku ke-2. Salemba Empat
·
Munawir. S. 2004. Analisa
Laporan Keuangan Edisi keempat. Liberty. Yogyakarta
·
Harahap.2006.
Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
·
http//:www.kimiafarma.co.id
·
Sugiyono.2005.
Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar